Friday, July 25, 2014

Ḥizb al-Naṣr (Do'a Untuk Kemenangan)

DO'A untuk GAZA


Hizb an-Nashr merupakan do'a yang disusun oleh Shaykh Abu Hassan As-Shadhuli sekitar 800 tahun yang lalu. Hizb ini disebut juga sebagai Hizb-Saif.

Pada tahun 1250 M pasukan Crusaders di bawah Raja Louis IX dari Perancis menyerang Mesir. Shaykh Abul Hasan dan murid-muridnya setelah mendengar hal tersebut bersegera untuk berperang di garis depan. Saat itu Syakh Abul Hasan Shadhili matanya telah buta, tetapi tidak menghalanginya untuk berjihad melawan tentara Salib.

Pasukan yang dipimpin Raja Louis IX dari Perancis 10 kali lipat jumlahnya dibanding pasukan yang dipimpin Syakh Abul Hasan Shadhili.

Dalam perjalanan menuju garis depan Shaykh Abul Hasan mendapat ilham dan mimpi yang benar. Dalam mimpinya Nabi berbicara kepada Shaykh Abul Hasan dan dia memberi nasihat. Saat itulah Syakh mendapat ijazah Hizb Nasr, yang kemudian oleh Syakh diajarkan kepada murid2nya.

Saat pertempuran berlangsung Hizb ini dibacakan Shaykh Abu Hassan bersama pasukannnya di pertempuran kota Mansura. Pasukan Raja Louis bisa dikalahkan meskipun tenteranya lebih banyak dan Raja Louis dapat ditangkap dalam peperangan. Allah memberikan kemenangan umat Islam.


Translation of Shaykh Shādhilī’s Litany of Victory (Ḥizb al-Naṣr)


O Allah, by the subjugating power of Your authority! By the speed of the relief of Your Victory! By Your protective wrath over the violation of what You have prohibited! And by Your shelter of whomever seeks Your protection through Your verses of the Qur’an!


We beg You! O Allāh! O All Hearing! O Near One! O Answerer! O Swift One! O Avenger! O Mighty Assaulter! O Subjugator! O Compeller! O You Who is not weakened by the power of tyrants! [O You] for whom the destruction of tyrants is no significant challenge! We ask You to make the trap of he who plots against us to be entrapped by it, and the plot of he who plots against us to fall prey to his own snare! And [we beg You] to cause he who digs a hole for us to fall into it, and he who sets up a net of deception for us to be driven into it, trapped by it, and imprisoned by it!


O Allah, by the right of “Kāf-Hā-Yā-ʽAyn-Ṣād,” relieve us from the fear of [our] enemies! Confrontthem with subjugation, make them a ransom for all that is dear, and overpower them with a swift defeat; today and tomorrow.


O Allah, divide their unity! O Allah, disperse their assembly! O Allah, lessen their numbers! O Allah, blunt their edge! O Allah, make them shackled by their own ring [of fetters]! O Allah, make retribution to be upon them! O Allah, exclude them from the shade of leniency! And deprive them of the support of sufficient time! Fetter their hands and feet, tie up their hearts and do not enable them reach their goals!


O Allah, tear them apart in the way you make Your enemies perish in order to grant victory to Your Prophets, Messengers, and Your dearest servants (awliyā’).


O Allah, grant us the victory of Your beloved ones over Your enemies. (x3)


O Allah, do not allow the enemy overpower us and do not give them authority over us as a result of our sins. (x3)


Ḥā-Mīm, Ḥā-Mīm, Ḥā-Mīm, Ḥā-Mīm, Ḥā-Mīm!


Matters have become intense, victory has arrived, and they will not overpower us.


Ḥā-Mīm, ʽAyn-Sīn-Qāf , [grant us] protection from what we fear!


O Allah, avert the evils of the malicious [enemies]. Do not make us a source of tribulation. O Allah, grant us what we hope [for] and beyond what we hope for.


Yā-Hū, Yā-Hū, Yā-Hū; O One through Whose favors we ask for His favors! We ask You for haste; haste! O Allah, answer [us]! Answer [us]!


O One Who answered Nūḥ among his people! O One who gave victory to Ibrāhīm over his enemies! O One Who returned Yūsuf to Yaʽqūb! O One Who removed the tribulation of Ayyūb! O One Who answered the call of Zakariyyā! O One Who answered the prayers of Yūnus b. Mattā!


We implore You, O Allah, through the secrets of the sources of these supplications to accept what we call upon You for, to grant us what we ask for, and to manifest for us the promise which You have promised the believers!


Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu min al-ẓālimīn! There is no god but You. All praises are to You. I have been of those who have transgressed!


By Your majesty, all our hopes have been lost except for [our hope] in You! By Your truth, all of our expectations have diminished except for our expectations from You!


When the might of our kin has become unresponsive,


The closest thing to us is the might of Allah!


O might of Allah, intensify Your coming with haste,


And unravel our knots, O might of Allah!


The enemy has antagonized and violated, And we have turned to Allah seeking refuge.


Allah is the most sufficient victor. Allah is the most sufficient guardian.


Allah is sufficient for us and He is the best of guardians. And there is no power, nor strength except through Allahthe exalted and Magnificent.


Answer our prayers! Amiīn! The plan of the oppressors has failed. All thanks are to Allah Lord of the worlds.


May prayers and peace be upon Muḥammad, the unlettered prophet, upon his family, and the entirety of his Companions

Saturday, July 12, 2014

Pelajaran Dari Al-Quran - Bhg 2


RUKUN ISLAM


AGAMA


4. Hakikat Islam


Al-Baqarah : [6-7]

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
[1:6] Tunjukilah kami jalan yang lurus.

صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
[1:7] Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat.

Al-Baqarah : 112

بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّـهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
[2:112] (Apa yang kamu katakan itu tidaklah benar) bahkan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (mematuhi perintahNya) sedang ia pula berusaha supaya baik amalannya, maka ia akan beroleh pahalanya di sisi Tuhannya dan tidaklah ada kebimbangan (dari berlakunya kejadian yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.

Al-Baqarah : [131-132]

إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ ۖ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
[2:131] (Ingatlah) ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Serahkanlah diri (kepadaKu wahai Ibrahim)!" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku serahkan diri (tunduk taat) kepada Tuhan Yang Memelihara dan mentadbirkan sekalian alam".

وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّـهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
[2:132] Dan Nabi Ibrahim pun berwasiat dengan ugama itu kepada anak-anaknya, dan (demikian juga) Nabi Yaakub (berwasiat kepada anak-anaknya) katanya: "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih ugama (Islam) ini menjadi ikutan kamu, maka janganlah kamu mati melainkan kamu dalam keadaan Islam".

Al-Baqarah : 135

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ تَهْتَدُوا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[2:135] Dan mereka (kaum Yahudi dan Nasrani) berkata: "Jadilah kamu pemeluk ugama Yahudi atau pemeluk ugama Nasrani, nescaya kamu akan mendapat petunjuk". Katakanlah (wahai Muhammad: "Kami orang-orang Islam tidak akan menurut apa yang kamu katakan itu) bahkan kami mengikut ugama Nabi Ibrahim yang tetap di atas dasar Tauhid, dan bukanlah ia dari orang-orang musyrik".

Al-Baqarah : 142

سَيَقُولُ السُّفَهَاءُ مِنَ النَّاسِ مَا وَلَّاهُمْ عَن قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كَانُوا عَلَيْهَا ۚ قُل لِّلَّـهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
[2:142] Orang-orang bodoh (yang kurang akal pertimbangannya) akan berkata: "Apa sebabnya yang menjadikan orang-orang Islam berpaling dari kiblat yang mereka mengadapnya selama ini?" Katakanlah (wahai Muhammad): "Timur dan barat adalah kepunyaan Allah - (maka ke pihak mana sahaja kita diarahkan Allah mengadapnya, wajiblah kita mematuhiNya); Allah yang memberikan petunjuk hidayahNya kepada sesiapa yang dikehendakiNya ke jalan yang lurus".

Al-Baqarah : 208

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
[2:208] Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Ugama Islam (dengan mematuhi) segala hukum-hukumnya; dan janganlah kamu menurut jejak langkah Syaitan; sesungguhnya Syaitan itu musuh bagi kamu yang terang nyata.

Ali 'Imran : [19-20]

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّـهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّـهِ فَإِنَّ اللَّـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
[3:19] Sesungguhnya ugama (yang benar dan diredai) di sisi Allah ialah Islam. Dan orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan Kitab itu tidak berselisih (mengenai ugama Islam dan enggan menerimanya) melainkan setelah sampai kepada mereka pengetahuan yang sah tentang kebenarannya; (perselisihan itu pula) semata-mata kerana hasad dengki yang ada dalam kalangan mereka. Dan (ingatlah), sesiapa yang kufur ingkar akan ayat-ayat keterangan Allah, maka sesungguhnya Allah Amat segera hitungan hisabNya.

فَإِنْ حَاجُّوكَ فَقُلْ أَسْلَمْتُ وَجْهِيَ لِلَّـهِ وَمَنِ اتَّبَعَنِ ۗ وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْأُمِّيِّينَ أَأَسْلَمْتُمْ ۚ فَإِنْ أَسْلَمُوا فَقَدِ اهْتَدَوا ۖ وَّإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّـهُ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
[3:20] Oleh sebab itu jika mereka berhujah (menyangkal dan) membantahmu (Wahai Muhammad), maka katakanlah: "Aku telah berserah diriku kepada Allah dan demikian juga orang-orang yang mengikutku". Dan bertanyalah (Wahai Muhammad) kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Kitab, dan orang-orang yang "Ummi" (orang-orang musyrik Arab): "Sudahkah kamu mematuhi dan menurut (ugama Islam yang aku bawa itu)?" Kemudian jika mereka memeluk Islam, maka sebenarnya mereka telah memperoleh petunjuk; dan jika mereka berpaling (tidak mahu menerima Islam), maka sesungguhnya kewajipanmu hanyalah menyampaikan (dakwah Islam itu). Dan (ingatlah), Allah sentiasa Melihat (tingkah laku) sekalian hambaNya.

Ali 'Imran : 51

إِنَّ اللَّـهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۗ هَـٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيمٌ
[3:51] "Sesungguhnya Allah ialah Tuhanku dan Tuhan kamu, oleh itu, beribadatlah kamu kepadaNya. Inilah jalan yang lurus".

Ali 'Imran : 67

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَـٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[3:67] Bukanlah Nabi Ibrahim itu seorang pemeluk ugama Yahudi, dan bukanlah ia seorang pemeluk ugama Kristian, tetapi ia seorang yang tetap di atas dasar Tauhid sebagai seorang Muslim (yang taat dan berserah bulat-bulat kepada Allah), dan ia pula bukanlah dari orang-orang musyrik.

Ali 'Imran : 85

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
[3:85] Dan sesiapa yang mencari ugama selain ugama Islam, maka tidak akan diterima daripadanya, dan ia pada hari akhirat kelak dari orang-orang yang rugi.

Ali 'Imran : 101

وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّـهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَن يَعْتَصِم بِاللَّـهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
[3:101] Dan bagaimana kamu akan menjadi kafir padahal kepada kamu dibacakan ayat-ayat Allah (Al-Quran), dan dalam kalangan kamu ada RasulNya (Muhammad, s.a.w)? Dan sesiapa berpegang teguh kepada (ugama) Allah, maka sesungguhnya ia telah beroleh petunjuk hidayah ke jalan yang betul (lurus).

An-Nisa' : 125

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّـهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّـهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
[4:125] Dan tidak ada yang lebih baik ugamanya daripada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah (dengan ikhlas), sedang ia berusaha mengerjakan kebaikan, dan ia pula mengikut ugama Nabi Ibrahim yang lurus (yang tetap di atas dasar tauhid); dan (kerana itulah) Allah menjadikan Nabi Ibrahim kesayanganNya

Al-Ma'idah : 16

يَهْدِي بِهِ اللَّـهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
[5:16] Dengan (Al-Quran) itu Allah menunjukkan jalan-jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredaanNya, dan (dengannya) Tuhan keluarkan mereka dari gelap-gelita (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang-benderang, dengan izinNya; dan (dengannya juga) Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus.


5. Ikhlas dalam berAgama


: []

[]

: []

[]

Friday, July 11, 2014

Riba dalam Al-Quran


Aku baru baca, aku baru faham dan aku kena sampaikan....


يَرْبُو
[30:39] yarbū = melebihi; agar lebih; jadi berlebihan; untuk meningkatkan; membengkak (swell);

لِيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ
[30:39] liyarbuwa = yuran; amwali alnnas = supaya kekayaan rakyat semakin membesar;

أَرْبَىٰ
[69:10] arba = terlalu banyak; sangat kaya;

ٱلرِّبَوٰا۟
[2:275]; [2:276]; [2:278]; [3:130]; [4:61] ar riba = riba; faedah; peningkatan ke atas jumlah yang diterima atas pinjaman; mengambil lebih daripada ibu (pokok).

لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُّضَاعَفَةً
[3:130] la takulur riba adhaafan muadha-afatan = Janganlah kamu makan atau mengambil riba dengan berlipat-lipat ganda (jumlah yang dipinjamkan).

Sistem ekonomi yang dicadangkan oleh Al-Quran tidak mempunyai tempat untuk Riba. Dalam sistem ini, pengumpulan kekayaan (accumulation of wealth) adalah dilarang, apatah lagi persoalan berkaitan dengan Riba; malah soal mengenai pemberian pinjaman hampir tidak timbul. Dalam sistem ini, tiada siapa yang memiliki kelebihan wang; semua diedarkan di kalangan masyarakat; apa-apa undang-undang tentang pinjaman yang terkandung dalam Al-Quran adalah untuk zaman dimana sistem ekonomi Al-Quran belum lagi terbentuk. Dalam sistem ini, tiada siapa pun boleh memberi Hadiah dengan harapan beliau akan mendapat Hadiah lebih besar sebagai balasan.

Dari Quran [30:39]

وَمَا آتَيْتُم مِّن رِّبًا لِّيَرْبُوَ فِي أَمْوَالِ النَّاسِ
"Dan sesuatu pemberian atau tambahan yang kamu berikan kepada manusia" dengan harapan bahawa ia akan bertambah (sebagai balasan) maka dalam sistem Allah, ia tidak boleh ditambah. Al-Quran telah mengisytiharkan Riba sebagai haram atau dilarang dengan berkata:

Quran [2:275]

وَأَحَلَّ اللَّـهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
"Padahal Allah telah menghalalkan berjual-beli (berniaga) dan mengharamkan riba"

Soalan: Apakah riba atau faedah? Riba mengikut Al-Quran adalah bertentangan dengan bai atau perniagaan dan perdagangan (jual-beli). Apa sahaja yang kita dapat atau ambil dari orang lain boleh jadi banyak perkara yang berbeza; Hadiah, Imbuhan, Kepentingan, Keuntungan (dalam perniagaan), menang judi, dan sebagainya. Mari kita lihat bagaimana perbezaannya: 

1. Hadiah: pemberian yang tidak melibatkan tenaga kerja (buruh) atau penerima menggunakan apa-apa modal untuk itu. Pemberi memberinya tanpa berfikir apa-apa untuk mendapatkan apa-apa sebagai balasan; dengan itu ia tidak boleh dibawa di bawah kategori memberi dan menerima; oleh itu ia adalah di luar skop perbincangan. 

 2. Ganjaran: ini adalah pembayaran bagi tenaga kerja (buruh); modal tidak diperlukan untuk mengupah tenaga kerja didalamnya. 

 3. Faedah: modal diberikan kepada seseorang dan sesuatu yang lebih banyak diterima daripada modal yang diberi. Tidak melibatkan anggota kerja (buruh) yang diupah. 

 4. Keuntungan (perniagaan dan perdagangan): melibatkan modal serta pekerja (buruh) diupah bekerja. 

 5. Judi: tiada modal mahupun tenaga kerja bekerja di dalamnya.


Prinsip didalam Al-Quran.

Dari Quran [53:39];

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
"Dan bahawa sesungguhnya tidak ada (balasan) bagi seseorang melainkan (balasan) apa yang diusahakannya;" iaitu hanya pampasan (upah) untuk pekerja dibenarkan (jaayiz). Pampasan untuk kegunaan modal adalah tidak jaayiz atau dibenarkan. Kerana prinsip ini tidak ada dalam masyarakat Arab pada masa itu, mereka tidak dapat memahami adanya perbezaan di antara untung dan riba (faedah). Seorang lelaki membeli sesuatu untuk RM100 dan menjual semula untuk RM10 lebih banyak dan dengan itu memperolehi keuntungan sebanyak RM10; lelaki lain meminjamkan RM100 kepada seseorang dan menerima kembali bayaran sebanyak RM110; beliau juga menerima RM10 lebih banyak. Mereka berhujah bahawa RM10 telah diterima oleh kedua-duanya keatas jumlah pokok yang dipinjamkan, jadi apakah perbezaannya?

Dari Quran [2:275];

ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا
"Yang demikian ialah disebabkan mereka mengatakan: "Bahawa sesungguhnya berniaga itu sama sahaja seperti riba". Mereka menangka bai dan Riba sebagai sama, tetapi Al-Quran berkata bahawa bai dan Riba adalah tidak sama. Dalam bai (iaitu perdagangan dan perniagaan), modal dan pkerja (buruh) diambil bekerja; modal dikembalikan dan keuntungan dalam bentuk pampasan diperolehi oleh peniaga - ini halal atau dibenarkan, tetapi dalam Riba dimana hanya modal terlibat; tiada pekerja (buruh) yang diperlukan daripada pelabur. Oleh itu apa sahaja lebihan pulangan yang diterima adalah pampasan untuk modal yang diberi dan ini adalah dilarang atau haram: oleh itu menurut Al-Quran ganjaran bagi buruh halal tetapi ia haram untuk mengambil kembali lebih daripada modal pokoknya.

Jika dalam perdagangan pun, sekiranya seseorang mengambil lebih daripada pampasan bagi pekerja (buruh), maka itu adalah Riba dan adalah dilarang. Apakah betul upah atau ganjaran bagi pekerja (buruh) itu akan ditentukan oleh nilai pasaran (market value) - beliau tidak boleh mengambil lebih dari itu. Oleh itu, apa-apa perdagangan atau perniagaan di mana seseorang hanya dengan menggunakan modal mendapat kembali lebih daripada modal pokok adalah Riba dan mengikut Al-Quran, haram atau dilarang. Sama ada ianya bayaran sewa tanah atau menjadi rakan kongsi tidur (sleeping parther) dalam beberapa perniagaan, ini dipanggil pendapatan yg tidak diperolehi (un-earned income) iaitu pendapatan yang diterima tanpa melibatkan sebarang pekerja (buruh).

Dan apabila tidak ada modal atau buruh bekerja, maka itu adalah judi. Dalam perdagangan atau perniagaan, modal + ganjaran bagi buruh diterima kembali; manakala dalam Riba, imbuhan pada modal + penggunaan modal diterima. Ganjaran bagi modal adalah haram; sama ada ia dipanggil sood (faedah) atau keuntungan (profit). Menurut model ekonomi Al-Quran, ganjaran bagi modal tidak dibenarkan.

Jika sistem Islam masih belum dapat diwujudkan dalam masyarakat, apabila tanggungjawab bagi keperluan hidup tidak ada pada masyarakat, maka pulangan modal + satu hari kerja dengan peniaga (pembekal/peruncit) boleh dibayar pampasan; dan apabila masyarakat Islam memenuhi keperluan peniaga (pembekal/peruncit) maka barangan (goods and services) seharusnya dibekalkan secara percuma.

Allah sahaja yang tahu berapa banyak masa diperlukan untuk masyarakat mewujudkan satu sistem Islam, tetapi banyak mana masa sekalipun yang diperlukan, manusia boleh mengeluarkan diri mereka dari neraka ciptaan sendiri (self-made hell) ini apabila mereka berjaya menubuhkan sistem tersebut. Dalam sistem sekarang di mana ganjaran bagi penggunaan modal difikirkan halal dan tidak kotor, manusia seolah-olah dalam keadaan berperang terhadap Allah dan RasulNya.

Dari Quran [2:279];

فَإِن لَّمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِّنَ اللَّـهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِن تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
"Maka jika kamu tidak melaksanakannya (meninggalkan sisa Riba), maka ketahuilah, akan adanya peperangan oleh Allah dan Rasul-Nya terhadapmu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka kamu berhak kepada pokok asal (modal) hartamu; (dengan yang demikian) kamu tidak berlaku zalim kepada sesiapa, dan kamu juga tidak dizalimi oleh sesiapa.

Thursday, July 10, 2014

Pelajaran Dari Al-Quran - Bhg 1


RUKUN ISLAM


AGAMA


1. Agama disisi Allah


Al-Baqarah : 112

بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّـهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
[2:112] (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

Al-Baqarah : 213

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّـهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ ۚ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۖ فَهَدَى اللَّـهُ الَّذِينَ آمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ ۗ وَاللَّـهُ يَهْدِي مَن يَشَاءُ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
[2:213] Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.

Ali 'Imran : 19

الدِّينَ عِندَ اللَّـهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّـهِ فَإِنَّ اللَّـهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
[3:19] Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.

Ali 'Imran : 83

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّـهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
[3:83] Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Ali 'Imran : 85

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
[3:85] Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Ali 'Imran : 102

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
[3:102] Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

An-Nisa' : 125

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّـهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ اللَّـهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
[4:125] Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Al-Ma'idah : 3

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّـهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
[5:3] Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Al-An'am : 6

قُلْ أَغَيْرَ اللَّـهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[6:14] Katakanlah (wahai Muhammad): "Patutkah aku mengambil (memilih) pelindung yang lain dari Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan Ia pula yang memberi makan dan bukan Ia yang diberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama sekali menyerah diri kepada Allah (Islam), dan (aku diperintahkan dengan firmanNya): `Jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan orang-orang musyrik itu. ' "

Al-An'am : 6

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللَّـهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَا ۗ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ

[6:70] Dan jauhkanlah diri dari orang-orang yang menjadikan ugama mereka sebagai permainan dan hiburan, dan mereka pula telah diperdayakan oleh kehidupan dunia dan peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu supaya tiap-tiap diri (di akhirat kelak) tidak terjerumus (ke dalam azab neraka) dengan sebab apa yang ia telah usahakan (dari perbuatan yang buruk dan keji). Tidak ada baginya pelindung dan tidak juga pemberi syafaat yang lain dari Allah. Dan jika ia hendak menebus (dirinya) dengan segala jenis tebusan, (nescaya tebusan itu) tidak akan diterima daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam azab neraka) dengan sebab apa yang telah mereka usahakan. Bagi mereka disediakan minuman dari air panas yang menggelegak, dan azab seksa yang tidak terperi sakitnya, disebabkan mereka kufur ingkar (semasa hidupnya).

Al-An'am : 6

فَمَن يُرِدِ اللَّـهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّـهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
[6:125] Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah petunjuk kepadanya nescaya Ia melapangkan dadanya (membuka hatinya) untuk menerima Islam; dan sesiapa yang Allah kehendaki untuk menyesatkannya, nescaya Ia menjadikan dadanya sesak sempit sesempit-sempitnya, seolah-olah ia sedang mendaki naik ke langit (dengan susah payahnya). Demikianlah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman.

Al-An'am : 6

قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِّلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
[6:161] Katakanlah (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku telah diberikan petunjuk hidayah oleh Tuhanku ke jalan yang betul lurus, (kepada) ugama yang tetap teguh, iaitu ugama Nabi Ibrahim yang ikhlas, dan tiadalah ia dari orang-orang musyrik".

Al-An'am : 6

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
[6:162] Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku dan ibadatku, hidupku dan matiku, hanyalah untuk Allah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.

Al-An'am : 27

إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ رَبَّ هَـٰذِهِ الْبَلْدَةِ الَّذِي حَرَّمَهَا وَلَهُ كُلُّ شَيْءٍ ۖ وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
[27:91] (Katakanlah wahai Muhammad):" Aku hanyalah diperintahkan supaya menyembah Allah Tuhan negeri (Makkah) ini yang telah menjadikannya suci lagi dihormati dan yang menguasai segala-galanya; dan aku diperintahkan supaya tetap menjadi dari orang-orang Islam (yang menyerah diri bulat-bulat kepadaNya),

2. Tidak Ada Paksaan


Al-Baqarah : 2

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ ۖ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّـهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ لَا انفِصَامَ لَهَا ۗ وَاللَّـهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
2:256] Tidak ada paksaan dalam ugama (Islam), kerana sesungguhnya telah nyata kebenaran (Islam) dari kesesatan (kufur). Oleh itu, sesiapa yang tidak percayakan Taghut, dan ia pula beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada simpulan (tali ugama) yang teguh yang tidak akan putus. Dan (ingatlah), Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Yunus : 10

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَن فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
[10:99] Dan (bukanlah tanggungjawabmu wahai Muhammad menjadikan seluruh umat manusia beriman), jika Tuhanmu menghendaki nescaya berimanlah sekalian manusia yang ada di bumi. (Janganlah engkau bersedih hati tentang kedegilan orang-orang yang ingkar itu; kalau Tuhan tidak menghendaki) maka patutkah engkau pula hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman?

Al-Kahf : 18

وَقُلِ الْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقً
[18:29] Dan katakanlah (wahai Muhammad): "Kebenaran itu ialah yang datang dari Tuhan kamu, maka sesiapa yang mahu beriman, hendaklah ia beriman; dan sesiapa yang mahu kufur ingkar, biarlah dia mengingkarinya". Kerana Kami telah menyediakan bagi orang-orang yang berlaku zalim itu api neraka, yang meliputi mereka laksana khemah; dan jika mereka meminta pertolongan kerana dahaga, mereka diberi pertolongan dengan air yang seperti tembaga cair yang membakar muka; amatlah buruknya minuman itu, dan amatlah buruknya neraka sebagai tempat bersenang-senang.


3. Dakwah kepada Islam


Al-Baqarah : 211

سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُم مِّنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ ۗ وَمَن يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّـهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
[2:211] Bertanyalah kepada Bani Israil, berapa banyak keterangan-keterangan yang telah Kami berikan kepada mereka (sedang mereka masih ingkar)? dan sesiapa menukar nikmat keterangan Allah (dengan mengambil kekufuran sebagai gantinya) sesudah nikmat itu sampai kepadaNya, maka (hendaklah ia mengetahui) sesungguhnya Allah amat berat azab seksaNya.

Al-Baqarah : 285

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّـهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
[2:285] Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali".

Al-Ma'idah : 3

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّـهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
[5:3] Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai (binatang yang tidak disembelih), dan darah (yang keluar mengalir), dan daging babi (termasuk semuanya), dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan yang mati dipukul, dan yang mati jatuh dari tempat yang tinggi, dan yang mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih (sebelum habis nyawanya), dan yang disembelih atas nama berhala; dan (diharamkan juga) kamu merenung nasib dengan undi batang-batang anak panah. Yang demikian itu adalah perbuatan fasik. Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (daripada memesongkan kamu) dari ugama kamu (setelah mereka melihat perkembangan Islam dan umatnya). Sebab itu janganlah kamu takut dan gentar kepada mereka, sebaliknya hendaklah kamu takut dan gentar kepadaKu. Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu ugama kamu, dan Aku telah cukupkan nikmatKu kepada kamu, dan Aku telah redakan Islam itu menjadi ugama untuk kamu. Maka sesiapa yang terpaksa kerana kelaparan (memakan benda-benda yang diharamkan) sedang ia tidak cenderung hendak melakukan dosa (maka bolehlah ia memakannya), kerana sesungguhnya Allah maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Al-An'am : 70

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللَّـهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَا ۗ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
[6:70] Dan jauhkanlah diri dari orang-orang yang menjadikan ugama mereka sebagai permainan dan hiburan, dan mereka pula telah diperdayakan oleh kehidupan dunia dan peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu supaya tiap-tiap diri (di akhirat kelak) tidak terjerumus (ke dalam azab neraka) dengan sebab apa yang ia telah usahakan (dari perbuatan yang buruk dan keji). Tidak ada baginya pelindung dan tidak juga pemberi syafaat yang lain dari Allah. Dan jika ia hendak menebus (dirinya) dengan segala jenis tebusan, (nescaya tebusan itu) tidak akan diterima daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam azab neraka) dengan sebab apa yang telah mereka usahakan. Bagi mereka disediakan minuman dari air panas yang menggelegak, dan azab seksa yang tidak terperi sakitnya, disebabkan mereka kufur ingkar (semasa hidupnya).

Al-Anbiya' : 52

إِنَّ هَـٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
[21:92] Sesungguhnya ugama Islam inilah ugama kamu, ugama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka sembahlah kamu akan Daku.

Al-Mu'minun : 23

وَإِنَّ هَـٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
[23:52] Dan sesungguhnya ugama Islam ini ialah ugama kamu - ugama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka bertaqwalah kamu kepadaKu.

Al-Qashash : 61

أَفَمَن وَعَدْنَاهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيهِ كَمَن مَّتَّعْنَاهُ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
[28:61] (Jika sudah diketahui yang demikian) maka adakah orang yang Kami janjikan kepadanya janji yang baik (balasan Syurga) lalu ia mendapatnya, sama seperti orang yang kami kurniakan menikmati kesenangan hidup di dunia kemudian ia pada hari kiamat termasuk dalam golongan yang dibawa (untuk menerima azab neraka)?

As-Sajdah : 18

أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا كَمَن كَانَ فَاسِقًا ۚ لَّا يَسْتَوُونَ
[32:18] (Jika demikian halnya) maka adakah orang yang beriman sama seperti orang yang fasik? Mereka tidaklah sama (dalam menerima balasan).

Az-Zumar : [11-14]

،قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّـهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
[39:11] Katakanlah lagi (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya;

فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَىٰ إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَن يَقُولُوا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْهِ كَنزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ ۚ إِنَّمَا أَنتَ نَذِيرٌ ۚ ،وَاللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
[39:12] Jangan-jangan engkau (wahai Muhammad) tidak menyampaikan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu serta merasa sempit dada untuk menyampaikannya disebabkan orang-orang yang ingkar itu berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepada (Muhammad) perbendaharaan (harta benda yang banyak), ataupun datang bersama-sama dengannya malaikat (untuk menolongnya menyiarkan Islam)?" Kerana sesungguhnya engkau hanyalah seorang Rasul pemberi amaran kepada orang-orang yang ingkar, dan Allah jualah Pentadbir yang menguruskan tiap-tiap sesuatu (maka berserahlah diri kepadaNya).

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ ،فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللَّـهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
[39:13] Bukan itu sahaja kata-kata mereka bahkan mereka menuduh dengan mengatakan: "Ia (Muhammad) yang mereka-reka Al-Quran itu!", katakanlah (wahai Muhammad): '(Jika demikian tuduhan kamu), maka cubalah buat serta datangkan sepuluh surah rekaan yang sebanding dengan Al-Quran itu, dan panggilah siapa sahaja yang kamu sanggup memanggilnya, yang lain dari Allah, jika betul kamu orang-orang yang benar'.

فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنزِلَ بِعِلْمِ اللَّـهِ وَأَن لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ
[39:14] Oleh itu, jika mereka (penolong-penolong kamu) tidak dapat melaksanakan permintaan kamu (untuk membuat surah-surah yang sebanding dengan Al-Quran), maka ketahuilah bahawa Al-Quran itu diturunkan hanyalah menurut pengetahuan Allah, dan bahawa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Setelah (terbukti hakikat yang demikian) maka adakah kamu mengakui Islam dan menurut aturannya?

Al-Baqarah : 211


سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُم مِّنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ ۗ وَمَن يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّـهِ مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
[2:211] Bertanyalah kepada Bani Israil, berapa banyak keterangan-keterangan yang telah Kami berikan kepada mereka (sedang mereka masih ingkar)? dan sesiapa menukar nikmat keterangan Allah (dengan mengambil kekufuran sebagai gantinya) sesudah nikmat itu sampai kepadaNya, maka (hendaklah ia mengetahui) sesungguhnya Allah amat berat azab seksaNya.

Al-Baqarah : 285

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّـهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
[2:285] Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata): "Kami tidak membezakan antara seorang dengan yang lain Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali".

Al-Ma'idah : 3

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّـهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّـهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
[5:3] Diharamkan kepada kamu (memakan) bangkai (binatang yang tidak disembelih), dan darah (yang keluar mengalir), dan daging babi (termasuk semuanya), dan binatang-binatang yang disembelih kerana yang lain dari Allah, dan yang mati tercekik, dan yang mati dipukul, dan yang mati jatuh dari tempat yang tinggi, dan yang mati ditanduk, dan yang mati dimakan binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih (sebelum habis nyawanya), dan yang disembelih atas nama berhala; dan (diharamkan juga) kamu merenung nasib dengan undi batang-batang anak panah. Yang demikian itu adalah perbuatan fasik. Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa (daripada memesongkan kamu) dari ugama kamu (setelah mereka melihat perkembangan Islam dan umatnya). Sebab itu janganlah kamu takut dan gentar kepada mereka, sebaliknya hendaklah kamu takut dan gentar kepadaKu. Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kamu ugama kamu, dan Aku telah cukupkan nikmatKu kepada kamu, dan Aku telah redakan Islam itu menjadi ugama untuk kamu. Maka sesiapa yang terpaksa kerana kelaparan (memakan benda-benda yang diharamkan) sedang ia tidak cenderung hendak melakukan dosa (maka bolehlah ia memakannya), kerana sesungguhnya Allah maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Al-An'am : 70

وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ وَذَكِّرْ بِهِ أَن تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ اللَّـهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِن تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَّا يُؤْخَذْ مِنْهَا ۗ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا ۖ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُونَ
[6:70] Dan jauhkanlah diri dari orang-orang yang menjadikan ugama mereka sebagai permainan dan hiburan, dan mereka pula telah diperdayakan oleh kehidupan dunia dan peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu supaya tiap-tiap diri (di akhirat kelak) tidak terjerumus (ke dalam azab neraka) dengan sebab apa yang ia telah usahakan (dari perbuatan yang buruk dan keji). Tidak ada baginya pelindung dan tidak juga pemberi syafaat yang lain dari Allah. Dan jika ia hendak menebus (dirinya) dengan segala jenis tebusan, (nescaya tebusan itu) tidak akan diterima daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam azab neraka) dengan sebab apa yang telah mereka usahakan. Bagi mereka disediakan minuman dari air panas yang menggelegak, dan azab seksa yang tidak terperi sakitnya, disebabkan mereka kufur ingkar (semasa hidupnya).

Al-Anbiya' : 52

إِنَّ هَـٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
[21:92] Sesungguhnya ugama Islam inilah ugama kamu, ugama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka sembahlah kamu akan Daku.

Al-Mu'minun : 23

وَإِنَّ هَـٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
[23:52] Dan sesungguhnya ugama Islam ini ialah ugama kamu - ugama yang satu asas pokoknya, dan Akulah Tuhan kamu; maka bertaqwalah kamu kepadaKu.

Al-Qashash : 61

أَفَمَن وَعَدْنَاهُ وَعْدًا حَسَنًا فَهُوَ لَاقِيهِ كَمَن مَّتَّعْنَاهُ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ هُوَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْمُحْضَرِينَ
[28:61] (Jika sudah diketahui yang demikian) maka adakah orang yang Kami janjikan kepadanya janji yang baik (balasan Syurga) lalu ia mendapatnya, sama seperti orang yang kami kurniakan menikmati kesenangan hidup di dunia kemudian ia pada hari kiamat termasuk dalam golongan yang dibawa (untuk menerima azab neraka)?

As-Sajdah : 18

أَفَمَن كَانَ مُؤْمِنًا كَمَن كَانَ فَاسِقًا ۚ لَّا يَسْتَوُونَ
[32:18] (Jika demikian halnya) maka adakah orang yang beriman sama seperti orang yang fasik? Mereka tidaklah sama (dalam menerima balasan).

Az-Zumar : [11-14]

،قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّـهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ
[39:11] Katakanlah lagi (wahai Muhammad): "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan segala ibadat kepadaNya;

فَلَعَلَّكَ تَارِكٌ بَعْضَ مَا يُوحَىٰ إِلَيْكَ وَضَائِقٌ بِهِ صَدْرُكَ أَن يَقُولُوا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْهِ كَنزٌ أَوْ جَاءَ مَعَهُ مَلَكٌ ۚ إِنَّمَا أَنتَ نَذِيرٌ ۚ ،وَاللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
[39:12] Jangan-jangan engkau (wahai Muhammad) tidak menyampaikan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu serta merasa sempit dada untuk menyampaikannya disebabkan orang-orang yang ingkar itu berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepada (Muhammad) perbendaharaan (harta benda yang banyak), ataupun datang bersama-sama dengannya malaikat (untuk menolongnya menyiarkan Islam)?" Kerana sesungguhnya engkau hanyalah seorang Rasul pemberi amaran kepada orang-orang yang ingkar, dan Allah jualah Pentadbir yang menguruskan tiap-tiap sesuatu (maka berserahlah diri kepadaNya).

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ ،فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِّثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُم مِّن دُونِ اللَّـهِ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ
[39:13] Bukan itu sahaja kata-kata mereka bahkan mereka menuduh dengan mengatakan: "Ia (Muhammad) yang mereka-reka Al-Quran itu!", katakanlah (wahai Muhammad): '(Jika demikian tuduhan kamu), maka cubalah buat serta datangkan sepuluh surah rekaan yang sebanding dengan Al-Quran itu, dan panggilah siapa sahaja yang kamu sanggup memanggilnya, yang lain dari Allah, jika betul kamu orang-orang yang benar'.

فَإِلَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّمَا أُنزِلَ بِعِلْمِ اللَّـهِ وَأَن لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ فَهَلْ أَنتُم مُّسْلِمُونَ
[39:14] Oleh itu, jika mereka (penolong-penolong kamu) tidak dapat melaksanakan permintaan kamu (untuk membuat surah-surah yang sebanding dengan Al-Quran), maka ketahuilah bahawa Al-Quran itu diturunkan hanyalah menurut pengetahuan Allah, dan bahawa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Setelah (terbukti hakikat yang demikian) maka adakah kamu mengakui Islam dan menurut aturannya?

Sunday, July 6, 2014

Shariah (Islamic Law)


Invoking Divine Principles and Human Reason

Islam is a complete package – a complete message and way of life. To fraction it into its component, then examine them individually, will yield little or no understanding of Islam’s holistic whole. Inevitably aspects of Islam examined separately, without a wide-ranging grasp of its totality, will be taken in a fragmented context, in which case aspects may take on the appearance of extremism.

However, when viewed from a comprehensive perspective by any fair person, Islam will be found sensible in all its aspects and practices. Could it be otherwise for a faith that powers one of the greatest living civilizations – one whose dynamism and creativity supplied a foundation for countless aspects of modern society?

Shariah is the Islamic Law – the disciplines and principles that govern the behavior of a Muslim individual towards his or herself, family, neighbors, community, city, nation and the Muslim polity as a whole, the Ummah. Similarly Shariah governs the interactions between communities, groups and social and economic organizations. Shariah establishes the criteria by which all social actions are classified, categorized and administered within the overall governance of the state.

Shariah first establishes the patterns believers should follow in worshipping Allah: prayers, charity, fasting and pilgrimage.

Islam’s law comprises a comprehensive outlook on life. As one looks from a satellite at this planet, the Shariah conceives of the earth as a single ‘city’ with diverse inhabitants—in modern parlance, a ‘global village.’ Islam looks to the benefit of the society as a whole from a general perspective and presents a theoretical model that if followed provides safety and protection for society.

Shariah literally means ‘a well-trodden path to water,’ the source of all life, representing the Path to Allah, as given by Allah, the Originator of all life.

Islamist Understanding of Shari‘ah

Now a great problem today is that a new movement within Islam, the Islamist movement, has innovated a non-traditional approach to Shariah which vitiates all of the past approaches and establishes a rigid, hardline and non-pragmatic approach which vitiates all semblance of humaneness, sanity, moderation and decorum which constituted Islamic Law’s traditional implementation over the past 14 centuries of history.

Islamist states take the letter of the law – this is ‘Black letter law’ without regard to precedence.

Traditional governments in Islam on the other hand, follow precedents established over many centuries – just as is done in the US - they do not follow absolute ‘letter of the law.’

Islam as a Complete Package

Islam is a complete way of life, sent by Allah in the form of revelation by means of Prophet Muhammad (s). As such it covers the three essential needs of human life: physical, intellectual and spiritual. These three aspects of the faith are known individually as:

1 Islam – Divine law

2 Imān - Belief

3 Iħsān - Ethics and moral character.

The first aspect, Islam, deals primarily with the physical aspects of the faith, such as its obligations, prohibitions and recommended actions. This is the part of the faith governed by Shariah – Islamic law. This aspect cannot however be implemented by itself, but must complement the other two. When the Prophet (s) taught Islam to his followers, he taught them all these three aspects at once, in a natural and holistic approach.

Shari‘ah’s Primary Objective is Mercy

Allah says:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
And We did not send you (O Muhammad) except as a mercy for all creation. [Quran 21:107]

And the Prophet (s) said, “The Most Merciful shows mercy to those who have mercy on others. Show mercy to those on earth, and the One above the heaven will show mercy to you.”

From this, and many other source texts, one can summarize the primary objective of the Shariah, (maqsad al-Shariah al-asasī) as Kamali has done:

The ulama [scholars of Islam] have, thus, generally considered Rahmah [Mercy] to be the all-pervasive objective of the Shariah and have, to all intents and purposes, used it synonymously with Maslaħah [benefit in everyday communal life].

Shari‘ah’s Sources

1. Revelation

Qur’ān

The primary source of Shariah are two: Qur’ān and Sunnah. The Qur’ān is held by all Muslims as the ultimate source of law, being revealed from Allah to the Prophet Muhammad (s), and therefore perfect and infallible.

The Qur’ān contains broad, general rules that are immutable, not unlike societal rules of today: the sanctity of life, security and freedom of expression, and the inviolability of these rights. The adaptation of law according to time and circumstance was necessitated by changes in society, and the influx of various cultures and material conditions. Islam first came to one people with one lifestyle. As the religion spread and the borders of Muslim lands expanded, all of the different civilizations, each with their own codes of law, traditions and cultures, had to be incorporated into the Islamic polity. This was not achieved overnight and took great foresight on the part of Muslim jurists. This is most elegantly displayed in the development of the law.

Sunnah

Much of the Qur’ān was revealed through actual events encountered by the Prophet (s), and questions asked and answered by him. The Prophet (s) also used the Qur’ān as a basis of his own teaching and adjudication. Nevertheless, the Qur’ān is neither a legal nor a constitutional document, although legal materials occupy a small portion of its text; less than 3 percent of the text deals with legal matters. The legal contents of the Qur’ān were mainly revealed following the Prophet’s migration from Mecca to Medina, where he established a government and the need therefore arose for legislation on social and governmental issues.

The second revealed source of Shariah is the Sunnah, or practices, injunctions and recommendations of the Prophet (s) as well as actions of others he approved or did not rebuff. It is consensus of scholars that the Sunnah is accorded the status of revelation, according to the explicit Qur’ānic text:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
.... what the Prophet gives you, take and what he forbids, cease therefrom... [Quran 59:7]

2. Reasoning

Hashim Kamali states:

The nonrevealed sources of Shariah are generally founded in juristic reasoning (ijtihād). This reasoning may take a variety of forms, including analogical reasoning (qiyās), juristic preference (istiħsān), considerations of public interest (istišlāħ), and even general consensus (ijma) of the learned, which basically originates in ijtihād and provides a procedure by which a ruling of juristic reasoning can acquire the binding force of law. Analogy and consensus have been generally recognized by the vast majority of ulama, but there is disagreement over the validity and scope of many of the rational proofs that originate in ijtihād.

Ijtihād, or juristic reasoning through analogy (qiyās) is a principle explicitly founded in the authentic Sunnah of the Prophet (s) in the famous hadith of Muadh.[20] The other principles were originated by the companions after the Prophet (s) and “Alī used to formulate his own opinion by means of Ijithad based on qiyās, istishāb, istiħsān and istišlāħ, always basing his opinion on the broader aims of the Shariah.

Before the canonization of the four independent schools of thought, Mālikī, Ħanafī, Shāfiī and Ħanbalī in the fourth century of Islam,[22] there existed more than 424 different schools of thought. These had been developed by experts who examined the revelation and precedents as established by the Prophet and the early Muslim generations, and formed them into law.

Who is Eligible to Explain the Shari‘ah?

After the time of the Prophet Muhammad (s), from over 100,000 of his Companions (students who personally met him), fewer than thirty are recorded actually issuing fatwās on new issues in which Ijtihād, or juristic reasoning, was required.

Today the authority for Ijtihād is with the mufti, or Dar al-Ifta, Center of Rulings, which gives general rulings (fatwā, pl. fatāwā) about an incident or legal question. As scholars, they are able to look at the entire package of Islam and issue a ruling on the question at hand.

The judge (qāļī) on the other hand issues a judgment (ray al-qaļā) on particular cases or incidents pertaining to an individual or groups, typically in cases involving two adversaries.

These two groups must work together – like two parties in which both seek the best understanding by applying their utmost efforts. The Center of Rulings and the mufti build the information model while the judge applies it to a particular case. Each case studied by the judge (qāļī) is an attempt to comprise a particular verdict based on the legal precedent given by the mufti which can be applied in the specific judgment.

A ruling by a mufti is not given force of law – it is only a response to an issue and it is up to individuals to follow the ruling or not. Law on the other hand, is enforced by individual judgments of the court – typically informed by a fatwā but in practical application taking into consideration circumstances and conditions of plaintiff and defendant. Alternatively, a ruling (fatwā) can be made into law by order of the executive office.

It is essential to understand that no one can issue a ruling without qualification, and no one can issue a judgment without qualification. Since rulings have a tremendous impact on the life of society and ruling on the individual, it is essential that those issuing them have excellent moral character, and most importantly that they are qualified.

Allah says,

قُلْ أَرَأَيْتُم مَّا أَنزَلَ اللّهُ لَكُم مِّن رِّزْقٍ فَجَعَلْتُم مِّنْهُ حَرَامًا وَحَلاَلاً قُلْ آللّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللّهِ تَفْتَرُونَ
Say: “Tell me what Allah has sent down for you of sustenance, then you make (a part) of it unlawful and (a part) lawful.” Say: “Has Allah commanded you, or do you forge a lie against Allah?” [Quran 10:59]

This verse emphasizes that no one has the right to judge something right or wrong unless he has complete evidence from the pertinent information as found in the source texts, from deep discussion among the people who have a grasp of the issue at hand, and to seek all meaningful evidence. Otherwise one should remain silent for then one would be lying against Allah and against the religion.

Imām Shāfiī, founder of one of the four great schools of jurisprudence, said:
It is not allowed for anyone to give a Shariah explanation (fatwā), except one who knows the Holy Qur’ān completely including what verses are abrogated and by which verses they were abrogated, and which verses resemble each other in the Qur’ān and whether a chapter was revealed in Makkah or Madina. He must know the entire corpus of the Hadith of the Prophet (s), both those which are authentic and those which are false. He must know the Arabic language of the time of the Prophet (s) with its grammar and eloquence as well as know the poetry of the Arabs. Additionally he must know the culture of the various peoples who live in each different nation of the community. If a person has all such attributes combined in himself, he may speak on what is permitted (halal) and what is forbidden (haram). Otherwise he has no right to issue a fatwā.

It is related that one of the greatest scholars of Shariah, Abd al-Raħmān ibn Abi Laila said:
I was able to meet with one hundred and twenty of the Companions of the Prophet (s). Every one of these companions was asked about specific Shariah issues, seeking a verdict, but they avoided rendering a decision instead pointing to another companion to issue the answer. They were afraid to give an answer that would be incorrect for which they would be responsible before Allah.

That shows that one can be deeply imbued with Islamic knowledge, as were all the Prophet’s Companions, and yet still feel unqualified to give a verdict. All one-hundred and twenty of the Prophet’s Companions with whom ibn Abi Laila met were hesitant to issue a fatwā.

Detailed Objectives of the Law (Maqasid ash-Shari‘ah)

Schact, in describing the purpose of the Law writes:

In the field of penal law, it is easy to understand that the Qur’ān laid down sanctions for transgressions, but again they are essentially moral and only incidentally penal, so much so that the Qur’ān prohibited wine-drinking but did not enact any penalty, and the penalty was determined only at a later stage of Islamic law. The reasons for Qur’ānic legislation on all these matters were, in the first place, the desire to improve the position of women, of orphans and of the weak in general, to restrict the laxity of sexual morals and to strengthen the marriage tie, to restrict private vengeance and retaliation and to eliminate blood feuds altogether; the prohibition of gambling, of drinking wine and of taking interest are directly aimed at ancient Arabian standards of behaviour.

Shaykh Faraz Rabbani describes the intent behind Divine Law, something which has been strongly highlighted in the current era as people with various agendas, from apologist to extreme Islamist, seek to define Islamic Law within a Western framework of understanding:

The ultimate worth of actions is based on intention and sincerity, as mentioned by the Prophet (s), who said, “Actions are by intentions, and one shall only get that which one intended.” The Shariah covers all aspects of human life. Classical Shariah manuals are often divided into four parts: …personal acts of worship;… commercial dealings;…marriage and divorce, and penal laws.

The legal philosophers of Islam, such as Ghazālī, Shāţibī, and Shāh Walīullāh explain that the aim of Shariah is to promote human welfare. This is evident in the Qur’ān, and teachings of the Prophet(s).

The scholars explain that the welfare of humans is based on the fulfillment of necessities, needs, and comforts.

Necessities

Necessities are matters that worldly and religious life depend upon. Their omission leads to unbearable hardship in this life, or punishment in the next. There are five necessities: preservation of religion, life, intellect, lineage, and wealth. These ensure individual and social welfare in this life and the hereafter.

The Shariah protects these necessities in two ways: firstly by ensuring their establishment and then by preserving them.

Religion: To ensure the establishment of religion, Allah Most High has made belief and worship obligatory. To ensure its preservation, the rulings relating to the obligation of learning and conveying the religion were legislated.

Life: To ensure the preservation of human life, Allah Most high legislated for marriage, healthy eating and living, and forbid the taking of life and laid down punishments for doing so.

Intellect: Allah has permitted that sound intellect and knowledge be promoted, and forbidden that which corrupts or weakens it, such as alcohol and drugs. He has also imposed preventative punishments in order that people stay away from them, because a sound intellect is the basis of the moral responsibility that humans were given.

Lineage: marriage was legislated for the preservation of lineage, and sex outside marriage was forbidden. Punitive laws were put in placed in order to ensure the preservation of lineage and the continuation of human life.

Wealth: Allah has made it obligatory to support oneself and those one is responsible for, and placed laws to regulate the commerce and transactions between people, in order to ensure fair dealing, economic justice, and to prevent oppression and dispute.

Needs and Comforts: Needs and comforts are things people seek in order to ensure a good life, and avoid hardship, even though they are not essential. The spirit of the Shariah with regards to needs and comforts is summed up in the Qur’ān,

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

He has not placed any hardship for you in religion [Quran 22:78]

And,

مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah does not seek to place a burden on you, but that He purify you and perfect His grace upon you, that you may give thanks. [Quran 5:6]

Therefore, everything that ensures the human happiness, within the spirit of Divine Guidance, is permitted in the Shariah.